AsmaraniRosalba atau yang dikenal dengan Asma Nadia merupakan seorang penulis novel dan cerpen terkenal di Indonesia yang menjadi inspirasi bagi banyak anak muda di Indonesia. Asma Nadia lahir di Jakarta pada 26 Maret 1972 yang merupakan anak dari pasangan Amin Usman dan Maria Eri Susanti seorang mualaf berdarah Tionghoa.
Resensi cerpen jendela rara, jendela rara merupakan kisah hidup yang sangat mengaharukan sang penulis cukup pandai dalam mengolah kata sehingga pembaca begitu menghayati setiap narasi. Kamu akan terbawa suasana dalam perasaan haru, sedih dan akan merasa beruntung dengan kehidupan yang kamu alami sekarang. Karena diluar sana kehidupannya ada yang tidak seberuntung kamu. Banyak pesan moral yang bisa diambil dalam kisah cerpen jendela rara. Penasaran? Berikut akan saya rangkum secara singkat mulai dari sinopsis, identitas, kekurangan dan juga kelebihan cerpen jendela rara. Bukan hanya itu kamu juga bisa mengetahui unsur intrinsik dan ektrinsik dari cerpen tersebut. Simak terus artikel ini sampai selesai agar kamu tahu resensi cerpen jendela rara secara lengkap diartikel ini. Identitas Cerpen Jendela Rara Berikut identisat cerpen jendela rara secara lengkap Judul CerpenJendela Rara buku album cerita pilihan Asma Nadia emak ingin naik hajiPenulisAsma NadiaPenerbitAsma Nadia Publishing HouseKategoriSlice of lifeTahun Terbit2009 Sinopsis Cerpen Jendela Rara Cerpen jendela rara ini mengisah seorang gadis kecil yang bermimpi memiliki sebuah jendela. Sebuah rumah imut dengan dinding hijau berlumut jendela-jendela besar yang menjaring matahari dan halaman mungil berumpun melati. Itulah gambar yang di buat rara di kertas bekas pembungkus cabe yang dia ambil di los sayurnya yu Emi. Impian sederhananya ini begitu sulit tercapai karena terlalu banyaknya halangan. Mak, kapan kita punya rumah? Pertanyaan itu yang selalu rara utarakan terhadap ibunya. Ibunyapun telah pasrah kehidupan mereka yang hanya sebagai pemulung dan sudah menempati kolong jembatan itu selama belasan tahun. Membuat jendela adalah hal yang tak mungkin mereka bisa lakukan karena rumah dengan terhalang pebatas triplek itu cukup berdempetan tidak ada celah jika ada itu hanya gang senggol yang terbatas. Kehidupan mereka yaitu ayah dan ibu rara, bang jun dan asih serta rara si anak bungsu. Mereka tinggal di tempat itu dengan pengahsilan yang tidak menentu bahkan sang ibu yang selalu was was takut esok hari anak-anaknya tak bisa makan. Sang ayah yang sudah mulai menua masih setia dengan pekerjaannya sebagai pemulung dan abangnya juga sama serta kakak perempuannya yang bekerja sebagi psk. Sungguh miris hidup di ibu kota pergaulan yang tidak sehat dan sulitnya mencari lapangan pekerjaan yang layak. Yang haram saja sulit apalagi yang haram kata asih sang kakak perempuan rara itu. Asih lah yang paling menentang untuk mengabulkan keinginan rara mempunyai sebuah jendela. Namun bang jun selalu meyakinkan rara bahwa kita bisa membuat jendela. Dengan susah payah rara mengumpulkan uang hasil mengamen, semir sepatu, bahkan pemulung juga hingga badannya mulai menghitam dan dekil karena menghemat biaya rara hanya mandi satu kali sehari. Setelah tabungannya terkumpul mulai banyak dia menunjukan kepada ibunya hasil jerih payahnya menabung selama ini. Untuk membeli kusen kayu dan kacanya. Namun apalah daya pak RT telah memberi pengumuman bahwa tidak dijinkan warga dikolong jembatan tersebut untuk membuat jendela. Hapus sudahlah harapan dari Rara dan Ibunya yang berkaca-kaca juga telah menenggelamkan impian si bungsu tersebut. Sambil menatap gumpalan uang kertas dan receh ditangannya tersebut. Baca Juga Resensi Novel Surga yang Tak Dirindukan Kelebihan dan Kekurangan Cerpen Jendela Rara berikut kelebihan dan kekurangan yang cerpen jendela rara miliki diantaranya 1. Kelebihan Cerpen Jendela Rara kelebihan cerpen ini yaitu memberikan keyakinan kepada kita untuk mewujudkan impian dan harapan kita. Allah bukan tidak mengabulkan do’a do’a kita namun Allah memberikan apa yang lebih kita butuhkan dibandingkan dengan impian-impian tersebut. 2. Kekurangan Cerpen Jendela Rara ending cerita kurang jelas sehingga seperti menggantung dan membuat pembaca penasaran kelanjutan dari kisah rara tersebut. Unsur Intrinsik Cerpen Jendela Rara berikut unsur intrinsik yang terdapat dalam cerpen jendela rara diantaranya 1. Tema Tema dalam novel mengangkat tema tentang kehidupan seorang anak yang memiliki impian mempunyai jendela di rumahnya. Alasan dia menginginkan jendela “kita bisa menghemat listri. Nggak usah hidupin listrik kalo siang.” 2. Tokoh dan Penokohan Tokoh utama dalam cerpen jendela rara adalah Rara itu sendiri Tokoh tambahannya yaitu ibu rara, bapak rara, bang jun, kak asih, dan Pak RT. 3. Latar Tempat Latar tempat yang terdapat dalam cerita pendek jendela rara adalah rumah di kolong jembatan, madrasah ibtidaiyah, dan juga los bu yun. 4. Latar Waktu Latar waktu yang terdapat dalam cerpen jendela rara yaitu pagi, siang dan malam hari. 5. Alur Alur yang digunakan dalam cerpen jendela rara adalah alur alur Pada bagian pertama pengarang menceritakan tentang rara menginginkan rumah yang ada jendelanya dengan sebuah hasil gambar rara yang di gambar di kertas bekas bungkus selanjutnya, rara menceritakan kepada temannya bahwa dia ingin membuat sebuah jendela seperti di penanjakan penulis menceritakan rara yang berjuang keras untuk mengumpulkan uang untuk membeli bahan-bahan membuat klimaks, rara memberikan uang yang susah payah dikumpulkannya itu kepada bagian akhir, penulis menceritakan bahwa pak RT tidak mengijinkan mereka untuk membuat jendela. 6. Sudut Pandang Sudut pandang dalam cerpen jendela rara yaitu menggunakan sudut pandang orang pertama dimana penulis memposisikan dirinya sebagai orang pertama dan pelaku utama. 7. Gaya Bahasa Gaya bahasa yang digunakan sederhana dan mudah dimengerti tidak terlalu banyak metode gaya bahasa. Ringkas padat namun pesan dapat tersampaikan dengan baik. 8. Amanat Cerpen ini mengajarkan kita arti bersyukur dalam menjalani kehidupan. Banyak kehidupan yang tak seberuntung kita. Coba bersabar dengan tidak dikabulkannya keinginan dan do’a doa’ kita bukan berarti Allah tidak mengabulkannya namun ada do’a yang lebih dahulu Allah kabulkan karena itu merupakan sesuatu yang penting dalam menyangkut kehidupan kita. Menteladani sikap kerja keras dan perjuangan. Perjuangan rara yang bekerja lebih giat dari sebelumnya serta menabung dan menghemat segala kebutuhannya menjadikan kita sebuah motivasi untuk terus berjuang dengan segala apa yang kita miliki. Baca juga Resensi Novel Cinta 2 Kodi Sinopsis, Kelebihan & Kekurangan Unsur Ekstrinsik Cerpen Jendela Rara berikut unsur ekstrinsik yang terdapat dalam cerpen jendela rara 1. Nilai Moral Nilai moral dalam cerpen jendela rara dapat terlihat dari sikap ibunya rara yang bersabar mendengarkan keinginan rara. Sang ibu ingin mengabulkan keinginan anak bungsu nya itu namun hanya bisa pasrah karena hal itu tidak mungkin dilakukan. Sikap kerja keras rara yang berjuang mengumpulkan rupiah demi cita-citanya sangat menggambarkan bahwa dia anak yang kuat dan mandiri. Sikap bang jun yang sopan dan lemah lembut yang membela adiknya dari sikap asih mencerminkan seorang kakak yang penyayang. 2. Nilai pendidikan Nilai pendidikan dalam cerpen jendela rara adanya sebuah sekolah agama di lingkungan kumuh itu yaitu sebuah madrasah yaitu madrasah ibtidaiyah. Sekolah tersebut yang dulu di pake kak asih dan teman-teman lainnya menuntut ilmu juga tetangga lainnya. Namun kenyataannya pergaulan, faktor ekonimi serta lingkungan lah yang membuat asih dan teman-temannya terjerumus dalam jurang kenistaan. 3. Nilai Agama Unsur ektrinsik dari cerpen jendela rara ada nilai agama bahwa di cerpen tersebut dikatakan dekat dengan Madrasah Ibtidaiyah. Dan madrasah tersebut merupakan pendidikan keagamaan setara SD dengan landasan pendidikan keagamaan. 4. Nilai Sosial Nilai sosial yang terdapat dalam cerpen jendela rara adalah interaksi dari rara dan teman rara saat menceritakan ingin membuat jendela. Sehingga satu kampung mau membuat jendela karena cerita rara tersebut. Dan akhirnya pak RT tidak mengijinkan hal tersebut.
Filmtersebut diadaptasi dari cerpen "Jendela Rara" karya Asma Nadia. Kisah dalam film tersebut terinspirasi dari model biner dalam dongeng moral berjudul The Prince and The Pauper karya Mark Twain. Sang pangeran adalah tokoh Aldo, seorang anak laki-laki dari keluarga kaya-raya dengan sindrom mental,
Review Buku Rumah Tanpa Jendela - Asma Nadia + GIVE AWAY Judul Rumah Tanpa Jendela Penulis Asma Nadia Jenis Buku Novel Penerbit Republika Jumlah Halaman 221 halaman Dimensi Buku cm x cm Harga Rp. Sekelumit Tentang Isi Rara ingin punya jendela di rumahnya. Jendela itu penting menurut Rara, selain jendela bisa menyehatkan orang-orang yang ada di rumah, jendela juga memiliki nilai estetika. Pokoknya Rara ingin rumahnya ada jendelanya. Masalahnya rumah Rara sangat kecil, sangat sederhana, bahkan dinding-dindingnya ada yang menyatu dengan rumah tetangga. Di kampung tempat penampungan sampah yang juga satu lokasi dengan komplek pemakaman itu tak ada satupun warga yang bermimpi punya jendela di rumahnya. Semua sudah bersyukur memiliki tempat berteduh meski sederhana. Sementara itu persahabatan Rara dan Aldo terjalin makin erat. Tidak semua keluarga Aldo menyukai kehadiran Rara dan teman-temannya di lingkungan mereka. Kakak Aldo, Adam, jelas menaruh hati pada ibu guru Alia. Guru cantik dan baik hati yang mengajar mereka sukarela di perkampungan tempat Rara tinggal. Sayang bu Alia katanya sudah punya calon suami. Lalu, ibu Rara meninggal dunia, dan terjadi kebakaran di perkampungan tempat Rara tinggal. Akankah Rara tetap memimpikan jendela di rumahnya setelah orang-orang yang ia cintai meninggal dunia? Impiannya yang sederhana ternyata harus dibayar mahal dengan sesuatu yang diluar perkiraan Rara. Ini kisah Rara dan orang-orang di perkampungan yang rumahnya tanpa jendela. Bagaimana dengan persahabatan Rara dan Aldo? Dan akankah Adam berhasil memenangkan hati Alia? Seputar Fisik Buku dan Disainnya Saya suka sekali dengan disain cover bukunya. Hurufnya, pilihan warnanya, dan disain ilustrasinya membuat cover buku ini benar-benar eye-catching menurut saya. Sepertinya pilihan disainnya memang disesuaikan dengan tokoh cerita yang masih usia kanak-kanak ya. Meski ada cerita tentang Alia dan Adam, tapi porsi cerita Rara memang jauh lebih banyak terdapat di dalam buku ini. Tokoh dan Karakter Rara, gadis kecil yang manis dan baik hati adalah figur anak sholehah idaman para orangtua. Bicaranya santun, gemar menolong, dan rajin beribadah. Memang ada satu dua sifat keras kepala khas anak-anak pada diri tokoh Rara. Tapi secara keseluruhan Rara memiliki karakter-karakter yang baik. Bu guru Alia gadis yang pintar dan baik. Ia tentu saja berupaya untuk menyenangkan hati orang tuanya dan patuh pada mereka. Tapi ia juga tipe pejuang dan perempuan yang memiliki prinsip. Adam, laki-laki tampan pemain band, anak orang kaya, tapi tingkah lakunya sopan. Tidak merokok dan tidak mabuk-mabukan. Ia sangat sayang pada adiknya, Aldo. Cintanya pada Alia juga tulus. Selain tokoh-tokoh di atas ada juga tokoh ibu dan bapak Rara, Simbok, teman-teman Rara, dan lain-lain. Melalui tokoh yang jumlahnya cukup banyak ini, tiap adegan cerita dapat ternarasikan dengan baik. Alur dan Latar Novel Rumah Tanpa Jendela beralur kombinasi. Ide cerita dan alurnya sebenarnya sederhana. Kesederhanaan ini justru membuat cerita ini jadi bisa dinikmati oleh pembaca hampir di semua kisaran usia, mulai dari dewasa hingga remaja. Bahasanya yang lugas terasa gampang dicerna. Konflik dan penyelesaiannya pun tak bikin pusing kepala. Tampaknya novel Rumah Tanpa Jendela memang tidak memfokuskan diri pada permainan alur cerita, tapi lebih kepada kedalaman nilai dan pesan moral cerita itu sendiri. Latar novel yang banyak mengambil tempat di perkampungan penampungan sampah yang juga pemakanan, terdeskripsikan dengan baik. Rumah-rumah sementara yang terbuat dari tripleks atau kardus, toilet umum, dan suasana di sana tergambarkan dengan jelas lewat kalimat-kalimat yang dirangkai oleh Asma Nadia. Latar terimajinasikan dengan baik juga karena ditunjang banyaknya film atau sinetron yang mengangkat kehidupan masyarakat di sana. Selain latar perkampungan tempat Rara tinggal, ada juga latar rumah sakit, rumah Aldo, dan beberapa lokasi lainnya. Yang menarik dan atau disuka dari Buku ini Bagian paling awal yang menarik perhatian saya adalah tulisan pembuka cerita. Kalimat-kalimat pembuka yang manis, khas narasi kanak-kanak, puitis, dan yang penting maknanya yang mendalam pada sisi agama memang memberikan nilai yang lebih. "Jendela tak ubahnya sepotong cinta, dengannya bisa kulihat keindahan mata-Mu dan menyelami kedalaman laut-Mu. Dengannya aku mencandai hijaunya gunung serta kilau pasir di pantai, dan saat lelah menyapa tak sungkan kutitipkan mimpi pada awan putih-Mu yang melintas senja hari." Asma Nadia memang dikenal sebagai salah satu penulis yang tak lupa menyelipkan pesan-pesan religi di tiap karyanya. Lepas dari tulisan pembuka tadi, saya kembali disuguhkan pada narasi prolog yang menyentuh, dituliskan oleh Rara, gadis kecil yang menjadi tokoh utama dalam cerita. Tampaknya Asma Nadia memang hendak mengajak pembaca larut dalam emosi bahkan dari awal cerita dibuka. Konflik-konflik yang dialami tokoh-tokohnya pun dekat dalam kenyataan keseharian kita. Salah satunya konflik klasik yang dialami Alia. Sepertinya hingga kapanpun persoalan cita-cita dan jodoh memang terkadang mengalami pertentangan dengan kehendak orangtua. Topik ini juga saya temukan baru-baru ini di buku Alang - Desi Puspitasari. Dekatnya konflik-konflik yang ada dalam cerita dengan realita kehidupan menyebabkan saya bisa memahami dengan baik seperti apa rasanya menjadi tokoh Alia, seperti apa kehidupan orang-orang di perkampungan penampungan sampah, seperti apa memiliki anggota keluarga yang berkebutuhan khusus, dan lain-lain. Kisah Rara pada dasarnya memang dapat menjadi refleksi yang baik bagi kehidupan kita. "Dipikir? Apa yang harus Alia pikirkan lagi? Anaknya baik, orangtuanya teman dekat Abah. Kenapa harus pakai pikir-pikir? Kecuali kamu menikah dengan orang yang tidak jelas, baru dipikir! Dia juga sudah bekerja." Dulu juga begitu. Kenapa ngga mau jadi sekretaris? Kerja di kantor, kan bagus. Sejuk, kulit Alia ngga jadi hitam. Ngga perlu kena panas. Ah, pokoknya Abah mau kamu jadi sekretaris, pegawai kantoran. Titik! Halaman 26 Kalimat-kalimat penuh perenungan yang menginspirasi dan bernilai dakwah bertaburan di sepanjang jalan cerita. Inilah salah satu unsur yang menyebabkan karya Asma Nadia sangat disukai oleh pembaca. Novelnya bukan hanya sekadar bacaan hiburan biasa, namun juga syarat dengan nilai-nilai pembelajaran. Allah kadang mengabulkan, kadang menunda, kadang memberikan ganti yang lebih baik dari doa-doa yang dipanjatkan seseorang. Halaman 56 Al Fatihah itu jembatan rindu, yang mengantarkan cinta dan semua kerinduannya kepada orang-orang tercinta di alam sana Halaman 80 Pasti ada dus sisi berbeda dari setiap kejadian. Meski mungkin diperlukan waktu untuk bisa memahami sisi baik dari sebuah musibah. Halaman 86 Allah mengabulkan semua doa meski tidak selalu dengan cara yang bisa dimengerti. Halaman 105 Kadang nilai-nilai positif atau pesan-pesan moral tak cukup diwakilkannya lewat satu dua kalimat, tapi melalui satu adegan tertentu yang dinarasikan dengan baik. Rara jadi malu, sebab selama ini ia tidak pernah melihat kebagusan wajah Aldo. Padahal setiap orang pasti tidka hanya memiliki kekurangan, melainkan juga kelebihan yang sayangnya begitu mudah luput dari pandangan. Seharusnya tidak boleh begitu... pikir Rara, sambil menikmati wajah tersipu-sipu Aldo yang muncl lebih sering. Pun gerak kedua tangannya. Halaman 87 Ya, Rumah Tanpa Jendela jelas cerita yang emosional. Sedih, terharu, marah, ragu, adalah emosi-emosi yang datang silih berganti selama membaca buku ini. Sebagian besar emosi yang digali memang kesedihan dan kepedihan hidup Rara yang ditinggal meninggal Ibu dan orang-orang yang ia cintai. Dia sengaja mengumpulkan kepingan-kepingan ingatan dengan Ibu, memastikan tidak ada yang tercecer. Ya, Ibu dan nasihat-nasihat panjang yang menyapanya setiap hari. Dulu, ceraamah Ibu sering menjadi jeda bagi Rara yang sudah ingin bermain dengan teman-temannya. Uniknya, setelah Ibu tak ada, Rara lebih rajin mengumpulkan percakapannya serta semua kebersamaan yang bisa diingatnya. Sebab kenangan, hanya itu yang dia punya. Kenangan bersama perempuan yang melahirkannya. Belakangan Ibu Alia menambahkan, Kenangan dan Al-Fatihah, Rara... Tujuh ayat yang sejak lama dihafalnya. Ibu juga yang mengajarkan. Dan tujuh ayat itu sekarang diulangnya lebih sering. Halaman 80. Berapa kali kita harus kehilangan orang yang begitu penting dalam hidup? Pernahkah kamu merasa kehilangan arah? Benar-benar tidak tahu ke mana harus melangkah? Seakan pintu-pintu di sekeliling tertutup rapat. Dan betapa pun kamu menangis hingga mencucurkan air mata darah, kenyataan tetap sama. Rara tercenung. Pipi gadis cilik itu basah. Benaknya sulit menerima kejadian demi kejadian yang berlalu begitu cepat. Halaman 113 Sentilan-sentilan Asma Nadia pada topik parenting dan isu-isu politik terselip di beberapa bagian cerita. Hal yang mana menunjukkan kepedulian beliau pada ketimpangan sosial, pendidikan anak dan keluarga, serta lemahnya hukum di negeri kita. Berikut saya kutipkan salah satu paragraf yang bertopikkan parenting dan anak kebutuhan khusus. Bagi banyak orangtua, konon ada dua kekhawatiran terkait anak yang terlalu aktif bergerak. Pertama jika mendapati si anak tergolong hiperaktif, sehingga cenderung susah mengendalikan mereka. Alih-alih mencoba menelusuri sumber keaktifan anak yang mungkin bisa memnuntun orangtua yang memiliki tipe anak demikianuntukmenggali potensi sesuai minat ananda, sayangnya lebih banyak pasangan yag tidak sabar mengikuti anaknya ke sana kemari. Kemungkinan kedua, jika ternyata si anak terindikasi autis. Cenderung tidak fokus, asyik dengan pikiran sendiri, dan sulit beradaptasi. Maka kekhawatiran itu umumnya bertambah dengan rasa panik. padahak, rata-rata anak autis dan hiperatif mmeiliki kecerdasan luar biasa. Halaman 127 Situasi keluarga yang sibuk serta adanya anggota keluarga yang memiliki kebutuhan khusus menjadi cerminan yang bagus untuk kita cermati di sini. Rasanya yang seperti ini juga terjadi kan ya di dunia nyata. Bagaimana Adam tahu banyak tentang hal ini? Ya, sejak dia melihat buku-buku panduan tentang autis dan hiperaktif yang dibeli Papa untuk Mama - dan seperti biasa tidak pernah dibaca perempuan itu. Halaman 127 Di akhir halaman barulah saya tahu ternyata novel ini berasal dari cerpen Jendela Rara. Teman-teman sudah pernah kah membaca cerpen ini? Versi cerpen dengan novelnya sama tidak ya ceritanya? D. Silahkan teman-teman baca sendiri untuk tahu lebih detail tentang itu . Dan rupanya ada bonus bab Epilog yang berisi tentang cerita Asma Nadia saat hendak memfilmkan buku ini bersama Aditya Gumay. Siapa Asma Nadia Asma Nadia adalah seorang penulis novel dan cerpen Indonesia. Ia dikenal sebagai pendiri Forum Lingkar Pena dan manajer Asma Nadia Publishing House. Sebuah cerpennya yang berjudul Imut dan Koran Gondrong pernah meraih juara pertama Lomba Menulis Cerita Pendek Islami LMCPI tingkat nasional yang diadakan majalah Aninda pada tahun 1994 dan 1995. Ia pernah mengikuti Pertemuan Sastrawan Nusantara XI di Brunei Darusalam, bengkel kerja kepenulisan novel yang diadakan Majelis Sastra Asia Tenggara Mastera. Dari hasil kegiatan kepenulisan Mastera, ia menghasilkan novel yang berjudul Derai Sunyi. Sebagai anggota ICMI, Asma Nadia juga pernah diundang untuk mengisi acara bengkel kerja kepenulisan yang diadakan ICMI, orsat Kairo. Kesibukannya selain sebagai penulis fiksi, ia memimpin Forum Lingkar Pena, sebuah forum kepenulisan bagi penulis muda yang anggotanya hampir ada di seluruh provinsi di Indonesia. Sejak awal tahun 2009, ia merintis penerbitan sendiri dengan nama Asma Nadia Publishing House. Beberapa bukunya yang telah diadaptasi menjadi film adalah Emak Ingin Naik Haji, Rumah Tanpa Jendela, dan Assalamualaikum Beijing. Seluruh royalti dari buku Emak Ingin Naik Haji disumbangkannya untuk sosial dan kemanusiaan, khususnya membantu mewujudkan impian kaum Islam untuk menunaikan ibadah haji, tetapi kurang mampu. Ia juga berprofesi sebagai penulis tetap di kolom resonansi Republika setiap Sabtu. Ia pernah menjadi satu dari 35 penulis dari 31 negara yang diundang untuk menjadi penulis tamu dalam Iowa International Writing Program, di sana ia sempat berbagi tentang Indonesia dan proses kreatifnya dalam menulis dengan pelajar dan mahasiswa serta kaum tua di Amerika Serikat. Selain memenuhi undangan membaca cerpen yang telah diterjemahkan ke bahasa Inggris, karyanya terpilih untuk ditampilkan dalam adaptasi ke pentas teater di Iowa. Melalui Yayasan Asma Nadia, ia merintis Rumah Baca Asma Nadia yang tersebar di seluruh Indonesia, rumah baca sederhana yang beberapa di antaranya memiliki sekolah dan kelas komputer serta tempat tinggal bagi anak yatim secara gratis untuk membaca dan beraktivitas bagi anak-anak dan remaja yang kurang mampu. Saat ini, ada 140 perpustakaan yang dikelola bersama relawan untuk kaum yang kurang beruntung dan tidak mampu. Buku-buku karya Asma Nadia Assalamualaikum, Beijing! Surga yang tak dirindukan Salon Kepribadian Derai Sunyi, novel yang mendapat penghargaan Majelis Sastra Asia Tenggara Mastera Preh A Waiting, naskah drama dua bahasa yang diterbitkan oleh Dewan Kesenian Jakarta Cinta Tak Pernah Menari, kumpulan cerpen yang meraih Pena Award Rembulan di Mata Ibu 2001, novel yang memenangkan penghargaan Adikarya IKAPI sebagai buku remaja terbaik nasional Dialog Dua Layar, novel yang memenangkan penghargaan Adikarya IKAPI, 2002 101 Dating Jo dan Kas, novel yang meraih penghargaan Adikarya IKAPI, 2005 Jangan Jadi Muslimah Nyebelin!, nonfiksi, best seller. Emak Ingin Naik Haji Cinta Hingga Tanah Suci Jilbab Traveler Muhasabah Cinta Seorang Istri Catatan Hati Bunda Jendela Rara telah diadaptasi menjadi film yang berjudul Rumah Tanpa Jendela Catatan Hati Seorang Istri, karya nonfiksi yang diadaptasi menjadi sinetron Catatan Hati Seorang Istri Serial Aisyah Putri yang diadaptasi menjadi sinetron Aisyah Putri The Series Jilbab In Love Rekomendasi Buku ini saya rekomendasikan kepada pembaca usia remaja dan dewasa yang menyukai novel yang memiliki nilai dan pesan moral serta religi, yang ide, alur cerita, dan bahasanya sederhana serta gampang dicerna, yang kisahnya menyentuh sisi emosional kita, yang mengangkat konflik nyata ke dalam cerita, dan ada cerita romance nya sebagai pelengkap. Ini tentang sebuah impian sederhana seorang anak, impian yang ternyata harus dibayar mahal, hingga banyak hikmah kehidupan dipetik kemudian. Selalu ada akhir yang baik untuk mereka yang taat dan sabar. My Rating 4/5 GIVE AWAY Selama periode 15 Januari hingga 18 Januari 2018, teman-teman bisa mengikuti Give Away Blogtour Novel Rumah Tanpa Jendela - Asma Nadia di sini ya. Cara mengikuti give awaynya adalah dengan menuliskan jawaban dari pertanyaan yang saya tuliskan di bawah ini di kolom komen, lalu tuliskan jawaban yang sama di kolom komen di instagram dipidiff dan bukurepublika di banner yang sama. Pemenang akan mendapatkan 1 eks buku Rumah Tanpa Jendela - Asma Nadia, dan diumumkan pada tanggal 19 Januari 2018 di ig ini dia pertanyaan untuk give awaynya""Siapa nama kakak Aldo yang pemain band dan menyukai bu guru Alia? "Apa judul buku karya Asma Nadia yang paling kamu sukai" Sudah tahu jawabannya? Tuliskan di kolom komen di bawah ini dan di kolom komen instagram dipidiff bukurepublika pada banner yang sama ya. . Semoga kamu pemenangnya. - adalah sebuah media edukasi yang menginspirasi melalui beragam topik pengembangan diri, rekomendasi buku-buku, dan gaya hidup yang bervibrasi positif. Dipi has been being a reader since she was a little kid, 5 or 6 yo. Her favorite reading time was bed-time with Mom and Bobo magazine. She loves reading fiction and non fiction. Books help her a lot during her teenager and her other struggling period of life. Once a week, she announced for streaming radio alliance with VOA, she has a book program named NBS Book Review, and a self improvement program named Positive Vibes. Dipi collaborates with her partner, Andri Irawan, create book podcast Spotify Bookita, Instagram Now she has her own podcast Anchor & Spotify DipidiffTalks; Instagram dipidiff_talks dipidiffofficial. Her other passions link to education and entrepreneurship. That's why she is nurturing her own small business, Dipidiff Official Store instagram dipidiffofficialstore , Tokopedia Dipidiff Official Store, and her personal branding Dipidiff, while keeping busy being a mom of one and coaching for some teenagers and young - adults at Growth Tracker Program, it is a private program - special purpose, which help especially teen and young adult to find their passion and unleash their potential. Dipi retired from working at university and enjoy her time at training institution. Right now, she is an educator and Periplus Bandung Ambassador occasionally alliance with Periplus Indonesia. She is getting older, she dreams a quiet life and contributing as best as she can for community. Contact Dipidiff at This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it.. Hits 6065
GreatDream. Resensi Novel Rumah Tanpa Jendela
Bukan hanya novel, Asma Nadia juga terkenal sebagai penulis cerpen lho. Artikel ini berisi kumpulan cerpen Asma Nadia Islami dan juga romantis yang paling populer dengan cerita yang menarik. Beberapa contoh cerpen Asma Nadia ini bahkan termasuk salah satu cerpen paling populer di antara banyak cerpen lainnya. Buat kamu yang butuh asupan daftar bacaan seru, berikut ini adalah daftar cerpen Asma Nadia yang mungkin cocok untuk jadi bahan bacaan kamu di rumah. Kumpulan Cerpen Islami Asma Nadia Asma Nadia memiliki banyak sekali cerpen bertema Islami. Beberapa contoh kumpulan cerpen Asma Nadia Islami, yaitu 1. Menanti Bangau Lewat Kisah ini merupakan kisah Anis dan Ikbal yang menanti sebuah momongan. Dengan berbagai rentetan pertanyaan dari karib kerabat selalu membuat mereka menghelas nafas sabar. Mereka memasrahkan semuanya kepada Allah SWt. Dengan terus berusaha, berikhtiar dan berdo’a di sepertiga malam mereka. 2. Emak Ingin Naik Haji Cerpen emak ingin naik haji merupakan cerpen islami yang mengisahkan seorang wanita sederhana yang memimpikan dirinya pergi ke tanah suci. Dan tekadnya semakin kuat ketika melihat tetangga sebelahnya yang merupakan juragan yang kaya raya yang pergi berhaji berkali-kali. Dan di tempat lain ada pejabat yang pergi haji hanya untuk menaikan populeritas menjelang pemilihan tidak berniat haji mabrur. Kisah ini memberikan kritik sosial tentang fenomena berhaji banyak yang berhaji tidak sesuai dnegan ajaran Rosululah SAW. 3. OTW Nikah Merupakan cerpen yang diambil dari kisah putri mbak Asma Nadia yang berkisah menikah tanpa pacaran sesuai dengan ajaran islam. 4. Telepon Pingki Mengisahkan seorang gadis remaja yang menyukai seorang pria tampan cerdas namun ada satu hambatan yang membuat kisah percintaan mereka berakhir. Yaitu perbedaan keyakinan. Dimana sang tokoh utama meyakini jika ikhlas untu melepaska lelaki yang dicintainya karena perbedaan akidah maka Allah akan ganti jodohmu dengan yang lebih baik lagi. Dalam hal apapu termasuk jodoh akidah nomber satu. 5. Cinta Yang terlalu Indah Merupakan kisah cinta Dito dan Indah yang telah bersemi semasa PMDK kelas sepuluh dahulu kala. Sampai pada akrir kelulusan kulia mereka masih tetap menjalin cinta namun mereka tidak berjodoh “kita tidak bisa menikah, cinta. Meski kau indah”. Baca juga Resensi Cerpen Jendela Rara Karya Asma Nadia Kumpulan Cerpen Romantis Asma Nadia Selain beberapa cerpen Islami, Asma Nadia juga menulis beberapa cerpen bergenre romantis, di antaranya yaitu 1. Aku Ingin Menjadi Istrimu Cerpen ini merupakan kisah seorang wanita yang bernama Nia dan dia sangat mencintai lelaki bernama Bandi. Namun dia hanya bisa membisikan “aku ingin menjadi istrimu” kata-kata itu yang selulu Nia ucapkan sebelum menjelang tidur. 2. Satu Kecupan Kisah seorang istri yang was-was takut kehilangan suaminya karena bekerja di entertaminet. Yang selalu berpapasan dengan perempuan cantik dan seksi. Melihat dari televisi berita artis terkini yang membuat dirinya semakin was-was dan bertanya-tanya. 3. Menganyam Kesabaran Cerpen menganyam kesabaran mengisahkan tentang kisah suami istri yang selama 6 tahun namun tidak mendapatkan momongan dan mereka benar-benar di uji dalam kesabarannya menunggu momongan. 4. Cinta Lelaki Biasa Cerpen cinta lelaki biasa adalah kisah romantis dari Nania dan Rafli dimana mereka memiliki keturunan yang berbanding terbalik Nania dari keturunan kaya raya dan Rafli hanya orang cinta Rafli lah yang membuatnya yakin untuk menikah dengan lelaki biasa seperti Rafli. 5. Cinta Dalam Diam Cerpen karya Asma Nadia ini mengisahkan tentang kisah percintaan menurut ajaran agama islam. Dalam cerpen ini dikisahkan kisah cinta yang dilandaskan oleh perjodohan yang dilakukan oleh kedua orang tua mereka. Dan kedau insan ini menerima perjodohan yang dilakukan orang tuanya tersebut meskipun mereka tidak menginginkannya. Baca juga Unsur-Unsur Ekstrinsik Cerpen Akhir Kata Kumpulan cerpen Asma Nadia ini merupakan yang paling bagus dan paling menarik untuk jadi bahan bacaan. Tentu masih banyak contoh novel lainnya yang bisa jadi bahan bacaan kamu. Jangan lupa share artikel ini ke media sosial kamu agar banyak orang yang tahu informasi ini. JendelaRara Sebuah rumah imui Dengan dinding hijau berlumui, KOLEKSI ASMA NADIA LAINNYA. Posted by Unknown at 2:53 PM. Email This BlogThis! CINTA TAK PERNAH MENARI (KUMPULSN CERPEN) CINTA LELAKI BIASA - ASMA NADIA; CRUSH IN RUSH - EPILOG; CRUSH IN RUSH - BAB 15; CRUSH IN RUSH - BAB 14;

Cerpen Terkenal Karya Asma Nadia. Biografi dan 5 contoh cerpen asma nadia mungkin sobat semua sudah banyak yang mengenal penulis dengan nama pena asma nadia. Gaya basanya aku suka, untuk cerpen yg ini,, hmm adakah sosok rafi lain buat saya? Membaca Cerpen Dari Kumpulan Cerpen Hati Yang Cemburu from Selanjutnya, ibu dari dua orang anak, yaitu salsabila dan adam putra ini aktif menulis cerpen, puisi, dan resensi di media sekolah. Jakob sumardjo, mewakili generasi senior, dan hawe setiawan, mewakili generasi yang lebih muda. Pembicaranya adalah dua orang kritikus yang tak asing lagi di jagat sastra kita Asmarani Rosalba Adalah Nama Asli Dari Asma Dari Segala Cerpen Karya Asma Nadia Posted On 15 Februari 2015 By Jendela Saya 0 Sinopsis Sekeping Cinta Dalam Diam Sekeping Cinta Yang Hanya Tersimpan Untuk Yang Sayu Segera Saja Menatap Keduanya Tak Itu Berlangsung Diskusi Buku Karya Andrea Novel Baru Oleh Pengarang Baru Yang Menggemparkan. Asmarani Rosalba Adalah Nama Asli Dari Asma Nadia. Daftar isi 1 kehidupan pribadi 2 karier 3 karya buku 4 referensi Catatan hati seorang istri menjadi salah satu novel bestseller karya asma nadia yang telah diangkat menjadi sebuah serial televisi. Kulihat aa sudah tidak ada di sampingku, aku bergerak menyalakan heater dan bergerak menuju ruang sebelah. Kumpulan Dari Segala Cerpen Islami. Kriiinnnggg! jam wekker di samping kepalaku berbunyi nyaring. Setelah itu, asma nadia banyak melahirkan karya yang mendapat sambutan baik. Di sana kulihat aa tertidur dengan pulasnya. Cerpen Karya Asma Nadia Posted On 15 Februari 2015 By Jendela Saya 0 Sinopsis Sekeping Cinta Dalam Diam Sekeping Cinta Yang Hanya Tersimpan Untuk Seseorang. Konsen dari penulis serba bisa ini sebenarnya adalah menulis novel epik novel sejarah. Bahkan terus mencintai dia ketika dia bersama yang lain, dan yakin menunggunya. Gaya basanya aku suka, untuk cerpen yg ini,, hmm adakah sosok rafi lain buat saya? Matanya Yang Sayu Segera Saja Menatap Keduanya Tak Semangat. Aku mengenal karya asma nadia pas sma, sejak saat itu aku sudah jatuh cinta sama karya asma nadia. Kemahiran asma nadia dalam meracik kata terbukti dengan cerpen karyanya yang menjuarai lomba menulis cerpen islami tingkat nasional. Yang bahkan tanpa dia ketahui bahwa aku sangat bahagia bisa mencintainya. Waktu Itu Berlangsung Diskusi Buku Karya Andrea Novel Baru Oleh Pengarang Baru Yang Menggemparkan. Jakob sumardjo, mewakili generasi senior, dan hawe setiawan, mewakili generasi yang lebih muda. Rasa penasaran tinggi, ramah, tidak amanah, dan tidak sabaran. Dari wikipedia bahasa indonesia, ensiklopedia bebas asmarani rosalba yang dikenal dengan nama pena asma nadia lahir 26 maret 1972 adalah seorang penulis novel dan cerpen indonesia.

Beberapanovel karya Asma Nadia yaitu : 101 Dating: Jo dan Kas (mendapatkan penghargaan Adikarya IKAPI) Jendela Rara; Jilbab Treveler: Love Sparks in Korea; Lentera Kehidupan Emak Ingin Naik Haji, dan Rumah Tanpa Jendela. Asma Nadia sempat diundang sebagai penulis tamu dalam acara Iowa International Writing Program yang diadakan oleh
Sebuah rumah imut dengan dinding hijau berlumut, Jendela-jendela besar yang menjaring matahari dan halaman mungil berumpun melati Apa lagi? Rara, anak perempuan berusia sembilan tahun itu terus menggambari belakang kertas bungkus cabai, yang diambilnya dari los sayur Yu Emi. Sebuah pensil pendek terselip di jarinya. Mata Rara masih memandangi gambar rumah mungil, yang menjadi impiannya. Mulut kecilnya menyumbang senyum. Manis. “Mak, kapan kita punya rumah?” Sejak ia mengerti arti tempat tinggal, pertanyaan itu kerap disampaikannya pada Emak. Mulanya perempuan berusia empat puluh limaan, yang rambutnya beruban di sana-sini itu, tak menjawab. Baginya tak terlalu penting apa yang ditanyakan anak-anak. Kerasnya kehidupan membuat ia dan lakinya, hanyut dalam kepanikan setiap hari, akan apa yang bisa dimakan anak-anak esok. Maka pertanyaan apapun dari anak-anak lebih sering hanya lewat di telinga. “Mak, kapan kita punya rumah?” Kanak-kanak seusia Rara, tak mengenal jera atau bosan mengulang pertanyaan serupa. Dan kali ini, ia berhasil mendapat perhatian lebih dari Emak. Sambil menyandarkan punggunggnya di dinding tripleks mereka yang tipis, Emak menatap sekeliling. Matanya menyenter rumah kotak mereka yang empat sisinya terbuat dari tripleks. Hanya satu ruangan, di situlah mereka sekeluarga, ia, suami dan lima anaknya—sekarang empat—memulai dan mengakhiri hari-hari. Tak ada jendela, karena rumah-rumah di kolong jembatan jalan tol menuju bandara itu terlalu berdempet. Bahkan nyaris tak ada celah untuk sekadar lalu lalang, kecuali gang senggol yang terbentuk tak sengaja akibat ketidakberaturan pendirian rumah-rumah tripleks di sana. Beberapa yang beruntung mendapatkan tiang rumah yang lebih kokoh,langsung dari beton tebal yang menyangga jalan tol di atas mereka. Kamar mandi? Ada MCK umum yang biasa mereka pakai sehari-hari. Cukup bayar tiga ratus rupiah, sudah bisa mandi puas. Belasan tahun mereka tinggal di sana. Tidak perlu bayar pajak, hanya uang sewa setiap bulan yang disetorkan ke Rozak, Ketua RT mereka, sekaligus orang paling berkuasa di perkampungan sini, juga uang listrik ala kadarnya. Memang semua sangat sederhana, tapi baginya tempat tinggal ini tetap… “ini rumah kita, Ra!” Rara menggeleng. Ekor kuda di kepalanya yang kemerahan, karena sering ditempa garang matahari bergoyang beberapa kali. Di benaknya bermain bayangan tumah tinggal yang diimpikannya Sebuah rumah imut dengan dinding kehijauan berlumut, Jendela-jendela besar yang menjaring matahari dan halaman mungil berumpun melati Emak tampak kaget dengan tanggapan anaknya. “Rara mau punya rumah yang ada jendelanya, Mak!” “Bisa. Besok kita minta abangmu buatkan jendela satu, ya? Kecil saja tak apa, kan?” ujar Emak sambil tertawa. Kemana jendela itu akan menghadap nanti? pikirnya, ke rumah Mas Dadang tetangga merekakah? Apa iya mereka mau diintip kegiatannya setiap hari? Tapi siapa tahu. Paling tidak hal itu mungkin bisa membuat Rara senang. Kalau dia menolak mengamen di perempatan lampu merah nanti, apa tidak repot? Anaknya lima orang. Yang tertua jadi tukang pukul di tempat Mami Lisa, kompleks pelacuran dekat tempat tinggal mereka. Anak kedua, entah apa kerjanya, kadang pulang, lebih sering menghilang. Anak yang ketiga perempuan, sebetulnya dulu rajin sekolah, apa daya ia tak sanggup lagi menyolahkan si Asih. Jadilah gadis lima belas tahun itu drop out dari sekolah, dan sekarang kabarnya sudah jadi anak buah Mami. Entahlah. Anaknya yang keempat, bocah laki-laki, selisih dua tahun dari Rara, tewas dua bulan lalu, dengan luka di bagian leher dan anus. Mungkin jadi korban laki-laki gendeng yang suka menyantap anak-anak kecil. Rara anaknya yang bontot. Keras kepala dan punya keinginan kuat. Sekarang masih sekolah di madrasah ibtidaiyah, itu pun karena kebaikan hati kakak pengajar di sana, ia tak harus membayar sepeser pun. Syukurlah. “Jendelanya bisa masuk matahari, enggak, Mak?” Rara menggoyang bahu Emanknya. Tapi kali ini perempuan yang melahirkannya itu hanya menghela napas berat dan meninggalkan Rara dengan bayangan jendela-jendela besar yang menjaring sinar matahari. Di Madrasah, sorenya. “Kata Mak, rumahku akan punya jendela!” Rara berbisik ke telinga teman sebangkunya. Di sekitarnya, kawan-kawan sedang mengikuti surat Al-Ma’un yang diucapkan Kak Romlah. “Yang bener, Ra?” Dua bola mata bulat milik Inah membesar. Ia ikut senang jika impian Rara terwujud. Sejak dulu Rara sering bicara soal keinginnannya memiliki rumah kecil dengan jendela-jendela besar yang memungkinkan sinar matahari masuk ke dalamnya. “Kita bisa hemat listrik! Enggak usah idupin lampu lagi kalo siang!” Rara menambahkan. Giginya yang kecil-kecil tampak seiring senyumnya yang lebar. “Bisa belajar di sana dong?” “Iya! Enggak harus ke gardu dulu untuk baca buku. Kan udah terang?” Senyum lebarnya terkembang lagi. Inah tampak ikut senang. “Aku mau minta ibuku bikin jendela juga, ah!” “Aku juga!” “Apa? Jendela di rumah Rara?” “Gue juga deh. Mau bilang Bapak!” “Enak ada jendela!” Tiba-tiba suasana kelas riuh seperti pasar. Berita Rara yang rumahnya akan punya jendela menyebar luas. Ternyata apa yang diinginkan gadis kecil itu juga menjadi mimpi anak-anak yang lain. “Jendelaku nanti paling buesar!” Ipul, anak salah satu karyawan Mami Lisa, mengakhiri obrolan mereka sore itu sepulang dari madrasah. —— “Jadi bikin jendela, Ra?” Bang Jun, mencolek pipinya. Mata laki-laki berusia dua puluh tahun itu mengamati hasil coretan adiknya. “Udah malam kok belum tidur?” Rara tidak menjawab. Tangannya masih asyik menari-nari di atas secarik kertas usang yang diambilnya lagi dari Yu Emi. “Eh, itu gambar apa, Ra?” komentar abangnya lagi. “Jendela? Kok gede banget!” Rara menghentikan kegiatan menggambarnya. Bola matanya yang cokelat menatap Bang Jun yang perhatiannya terpusat pada gambar. Gadis kecil itu menganggukkan kepala. Senyumnya cerah. “Jadi kan, Bang Jun bikinin Rara jendela?” kalimatnya dengan tatapan penuh harap. Jun hanya menatap Emak dan Bapak yang tiduran di atas sehelai tikar using. Wajah kedua orangtuanya itu tampak letih. Pastilah. Bukan pekerjaan ringan mencomoti barang dari tempat sampah satu ke tempat sampah lain. Belum jika hasil mulung Bapak, ternyata besi-besi tua. Memang bawa untung yang lebih besar. Tapi berat yang dipikul juga jelas jauh dibandingkan sampah botol plastik atau barang-barang lain . Malah akhir-akhir ini cuaca makin panas saja. “Bang…” Rara menarik kaus oblong yang dipakai abangnya. Beberapa saat Rara dan abangnya bertatapan, dengan pikiran masing-masing yang tak terpantulkan. Tapi keheningan mereka segera buyar oleh langkah-langkah yang terdengar dari depan. Asih muncul di balik pintu. Matanya yang sayu segera saja menatap keduanya tak semangat. “Masih ngeributin soal jendela?” Rara tak menjawab, tangannya meraih tas murahan yang dibawa Asih. Dengan sigap, gadis kecil itu mengambil air di teko dan mengulurkan ke kakaknya. Tapi Asih yang mulutnya bau minuman keras itu menepis. “Gue ngantuk. Malah tadi laki-laki yang gue temenin minumnya kuat banget. Mau nolak, engga enak sama Mami.” “Bilang aja lo sakit, sih! Tadi aja gue pulang duluan. Lagian pegawai Mami Lisa kan enggak cuma elo.” “Iya, tapi itu kan sama aja nolak rezeki! Rara diam, mendengarkan saja percakapan kedua saudaranya. Tapi kalimat kakaknya barusan, mengusiknya untuk menimpali, “Kata guru Rara di madrasah, rezeki kan dari Allah, Kak. Bukan dari tamu!” Kalimat lugu yang dengan cepat dipatahkan kakaknya. “Ahh, anak kecil sok tau. Tunggu nanti kamu gede, baru ngerasain. Hidup tuh cari yang haram aja susah, apalagi yang halal!” Rara menundukkan kepala. Kakaknya dulu lembut dan baik hati. Sempat juga ngaji di madrasah seperti dia. Tapi setelah putus sekolah dan jadi karyawan di tempat Mami, gadis berkulit hitam manis itu berubah. Dandanannya makin menor. Ke mana-mana pake kaus dan celana panjang serbaketat. Omongannya juga jadi kasar. Rara tahu, tidak Cuma kakaknya yang berubah. Tapi juga kakak si Inah, ibu si Ipul, dan banyak lagi. Konon mereka dulu juga anak madrasah. Tapi daya tarik rumah pelacuran, yang letaknya hanya beberapa ratus meter dari madrasah terlalu menggoda. Itu jalan pintas dapat duit. Realitas masyarakat di sudut-sudut Jakarta yang bukan tidak diketahui orang. Rara tercenung. Mungkin benar hidup jadi orang dewasa itu sulit, pikirnya. Mungkin itu sebabnya mereka jarang tersenyum. “Ra! Kalo mau punya jendela, modal sendiri dong!” lantang suara kakaknya mengagetkan Rara. “Asih!” Asih yang mabuk terus bicara dan tak menggubris teguran Jun. “Kebutuhan tuh banyak. Udah bagus gue sama Jun kerja. Pake buat yang lebih penting dong!” cerocos Asih, tangannya menjewer kuping Rara. Rara tak gentar. Matanya yang jernih menatap lurus kearah Asih yang menyalakan rokok dan menghirupnya nikmat. Bagaimanapun Kak Asih harus tahu kalo jendela itu… “Jendela itu penting, Kak. Buat keluar-masuk udara. Terus kalo siang kita enggak perlu nyalain lampu. Udah terang karena sinar matahari yang masuk!” jawab Rara tak kalah keras. “Tapi banyak yang lebih penting dari jendela,” Asih tak mau kalah, “Makan kamu misalnya!” lanjutnya kesal. Bayangkan ia sudah capek-capek tiap malam, kadang lembur merelakan badannya melayani empat tamu dalam semalam. Apa adiknya itu tahu? “Tapi kata Emak, Bang Jun bakal bikinin Rara jendela. Ya, kan, Bang?” Suara Rara lirih, bercampur isakan. Jun yang melihatnya jadi tidak tega. Tangan cowok itu membelai-belai kepala adiknya. Lalu menatap Rara lunak. “Iya. Tapi Rara juga ikut kumpulin duit, ya? Jangan dipake jajan! Kita perlu uang untuk beli kayu, kaca, bikin kusennya…” “Dan itu mahal, tau, Ra!” “Ssst… Asih!” Keributan yang kemudian tak terelakkan antara Jun dan Asih membuat Rara melarikan diri ke sudut rumah. Ia berjongkok sendiri, mata cokelatnya berkaca. Bertambah-tambah perasaan gundahnya kala Bapak terbangun lantaran suara berisik yang timbul, lalu menempeleng keduanya. Dan semua gara-gara jendela besar Rara. Ahh. Rara mengusap air mata yang jatuh di pipinya. Besok ia akan mengamen lebih giat. Kalau perlu sambil jual koran, semir sepatu, atau membersihkan kaca mobil-mobil yang berhenti di lampu merah. Apa saja, pikir Rara. Belakangan, lelah dan air mata membuat Rara tertidur. Pikiran kanak-kanak membawanya pada impian. Malam itu Rara bermimpi menari di antara jendela-jendela besar yang mengantarkan sinar matahari kepadanya. Juga kerlip bintang-bintang malam hari. Selama seminggu lebih, Rara berhemat. Ia bahkan menghemat mandi, sehari sekali, supaya bisa menyimpan tiga ratus rupiah di sakunya. Uang perolehannya ngamen dan bekerja di perempatan , tak dipakainya sesen pun untuk beli es mambo di warung, kwaci, permen, dan jajanan lain. Ia betul-betul berhemat. Dan sore ini Rara pulang dengan hati melonjak-lonjak. Menurut hemat gadis kecil dengan rambut diekor kuda itu, tabungannya cukup untuk membuat sebuah jendela yang besar. Bahkan jika tidak ada halangan, lusa mungkin ia sudah bisa menatap sinar matahari menghangatkan lantai tanah di rumah mereka. Membayangkan itu, perasaan Rara makin tak keruan. Seperti meluncur dari tempat yang tinggi. Sangat tinggi. “Assalamu’alaikum! Emak?” Rara menghambur kearah Emak yang sedang menyapu lantai. Bohlam sepuluh watt, mengalirkan hawa panas yang merembesi baju Emak. Padahal di luar sana masih terang. “Mak, sini.” Rara menyeret tangan perempuan itu, memaksanya duduk di bangku kayu yang satu kakinya telah patah. “Apaan sih, Ra?” Emak menatap anak bungsunya dengan pandangan sedikit cemas. Apa lagi sekarang? Baru semingguan ia merasa lega, karena Rara tidak lagi mengutarakan keinginannya untuk punya jendela. Yang dikatakan bapaknya si Rara memang benar. Anak kecil enggak usah terlalu dianggap serius. Mereka kadang memang menggebu-gebu minta sesuatu. Namun biasanya, keinginan itu juga cepat menguap dan hilang dari ingatan. Rara masih memandang Emak dengan mata bercahaya. Keriangan anak-anak terpancar di wajahnya yang oval. “Mak, tebak!” “Apaan?” Aduh, jangan soal jendela lagi. Jangan-jangan dia minta punya dua pintu lagi? Atau kamar sendiri? Batin perempuan itu sedikit cemas. Rara menyerahkan sejumlah uang dalam kepalannya, ke telapak tangan Emak yang basah keringat. “Buat bikin jendela! Jadi kalo kulit Rara sekarang lebih gosong, bukan karena main, Mak! Tapi karena Rara kerja banting tulang buat jendela kita! Papar gadis kecil itu ceriwis. Jendela? Mata penat Emak menatap berganti-ganti, dari uang di tangannya, dan raut wajah di bungsu. Begitu terus selama beberapa saat. Sayang, Rara terlalu riang untuk memperhatikan perubahan wajah Emak. Bocah perempuan itu malah terus bicara dengan kalimat-kalimat panjang, kadang nyaris tersedak, karena kebahagiaan yang meletup-letup. “Jendelanya nanti di sebelah sini, ya, Mak. Rara mau nya kayunya warna cokelat tua. Malam ini Rara mau begadang nungguin Bang Jun. Mau kasih tau modelnya. Besok pagi, biar Rara temenin Bang Jun ke toko material. Kita bisa beli kayu, terus kaca, terus…” Emak tak mendengar lagi penjelasan Rara. Benaknya digayuti kejadian siang tadi, ketika Pak RT datang bersama sekretarisnya dan berbicara serius. “Gara-gara Rara, semua anak di sini pada minta dibuatin jendela sama orangtuanya. Saya bukannya tidak mau mengizinkan. Tapi kan Emak tahu sendiri situasinya. Rumah-rumah saling menempel, dinding yang satu menjadi dinding yang lain. Lagi pula, kalau dipaksakan, percuma tidak akan bisa masuk sinar matahari. Kecuali kalau mau ngebor jalan tol di atas sana! Saya sebagai Ketua RT tidak bisa mengizinkan!” Mata lelah Emak mulai menggenang. Andai saja ia bisa memantulkan pikiran di benaknya. Pastilah seperti cermin yang memantulkan dua sisi bayangan. Rumahnya dan penduduk lain di bawah kolong jembatan ini, di satu sisi. Dan rumah Pak RT, di sisi lain, dengan jendela-jendela kaca yang besar. Waktu masih terisi celotehan antusias Rara. Di dekatnya, Emak masih menatapi gumpalan uang kertas dan receh di tangannya. Rumah kami, 2003 Sumber Buku Album Cerita Pilihan Asma Nadia Emak Ingin Naik Haji Cinta Hingga Tanah Suci, Terbitan Asma Nadia Publishing House, hlm. 87-99, Cet. Pertama, Agustus 2009.
AsmaNadia (lahir di Jakarta, 26 Maret 1972; umur 43 tahun) adalah seorang penulis novel dan cerpen Indonesia. Ia dikenal sebagai pendiri Forum Lingkar Pena dan manajer Asma Nadia Publishing House. Jendela Rara telah diadaptasi menjadi film yang berjudul Rumah Tanpa Jendela; Catatan Hati Seorang Istri, karya nonfiksi yang diadaptasi menjadi
Setelah Surga yang Tak Dirindukan sukses, kini Asma Nadia hadir kembali dengan cerita yang sederhana. Rumah tanpa Jendela, sebuah kisah sederhana yang sarat akan makna yang patut kamu pertimbangkan untuk dibaca. Rumah tanpa Jendela ini sebelumnya merupakan cerita pendek yang berjudul “Jendela Rara” yang diterbitkan dalam buku Emak Ingin Naik Haji Cinta Hingga Tanah Suci yang juga ditulis Asma Nadia pada tahun 2009. Selanjutnya, cerpen tersebut menginspirasi Aditya Gumay untuk diangkat ke layar kaca dengan judul Rumah tanpa Jendela. Film tersebut masuk dalam layar kaca pada tahun 2011 yang dibintangi Maudy Ayunda sebelum namanya mulai mewarnai layar sinema sebagai bintang utama. Kini, Rumah tanpa Jendela mempunyai kisahnya sendiri dalam bentuk novel. Kisah sederhana tentang Rara, anak yang lahir di keluarga tak berada dengan mimpi yang sederhana. “Namaku Rara. Aku tinggal di Jakarta. Di satu rumah sempit, melewati gang-gang sempit, di perkampungan yang juga penuh dengan rumah-rumah sempit. Rumah-rumah tanpa jendela.” —Rumah tanpa Jendela oleh Asma Nadia 2017, hal. 1 Mimpi Rara sederhana, Rara hanya ingin jendela. Itu saja. Ia ingin memandang ke luar rumah dengan jendela di beranda. Akan tetapi, bagaimana mungkin? Gubuk yang Rara tinggali saja sangat kecil. Dindingnya hanya terbuat dari tripleks, tidak akan sanggup untuk menahan beban kusen sebuah jendela. Selain itu, ayah Rara bahkan tidak sanggup membayar uang untuk membeli kusen jendela. Mimpi Sederhana Rara, Begitu dekat dengan Kehidupan Kita Barangkali, ketika membaca cerita ini kita bertanya-tanya “apa betul sebegitu susah membeli sebuah jendela?” yang bagi sebagian besar masyarakat metropolitan terlalu berlebihan untuk digambarkan. Asma Nadia, melalui buku ini, berusaha untuk mengajak kita untuk kembali melihat kehidupan dengan cara berbeda. Bukan seberapa banyak koleksi sepatu yang wajib kita miliki, tetapi seberapa besar kita dapat membuka mata hati, melihat kenyataan masih banyak masyarakat kita yang begitu susah bahkan sekadar untuk makan sesuap nasi. Rara hanyalah contoh kecil bahwa kehidupan yang Rara alami adalah nyata. Penggunaan latar Jakarta sebagai tempat hidup Rara semakin mengesankan betapa ketimpangan hidup betul dialami masyarakat. Cerita tentang Rara telah rilis sejak tahun 2009, akan tetapi mengapa masih begitu relevan sampai hari ini? ilustrasi lingkungan tempat Rara tinggal image from Faktanya “Pada bulan Maret 2017, jumlah penduduk miskin penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan di Indonesia mencapai 27,77 juta orang 10,64 persen, bertambah sebesar 6,90 ribu orang dibandingkan dengan kondisi September 2016 yang sebesar 27,76 juta orang 10,70 persen.”—data terkini dari Rara hanya meminta jendela, sedangkan berapa banyak dari kita yang masih saja mengeluh ketika gagal membeli tiket konser seharga puluhan juta dengan enteng saja. Tentu, setiap orang punya kesenangan serta pilihan hidup sendiri. Akan tetapi, ada baiknya, untuk mensyukuri nikmat hidup kadang kita perlu melihat ke bawah. Tidak melulu nikmat diukur dari banyaknya materi. Dari buku Rumah tanpa Jendela, kita akan belajar banyak hal. Salah satunya, bahwa nikmat dari rasa syukur tidaklah mahal. [Hanung W L/ Copywriter Mizanstore]
NanangMizwar Hasyim, - (2020) Dekonstruksi "kesendirian" dalam cerpen berjudul "Jendela Tua" karya Jyut Fitria. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. pp. 1-7. Nanang Mizwar Hasyim, - (2020) Konstruksi Identitas Eks ISIS pada pemberitaan kasus pemulangan eks ISIS di media online Republika.co.id. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Bukan besarnya rumah atau luas halaman dari balik pagar rendah yang memesona Rara, melainkan jajaran pot-pot cantik yang ditaruh di depan jendela-jendela besar rumah tersebut. Belum pernah Rara melihat jendela sedemikian indah. Mulai hari itu, ia punya sesuatu untuk diimpikan. Bapak dan Ibu harus tahu. Rara adalah gadis yang periang dan suka bermain. Ia dan teman-temannya suka bermain di pinggir-pinggir jalan saat istirahat mengamen, di bawah derasnya hujan, juga di pekuburan tengah kota Jakarta yang menjadi lingkungan tempat tinggalnya. Sebagai gadis kecil, ia merasa tak kekurangan apa pun, apalagi orangtuanya tak pernah memarahinya seperti ibu-bapak teman-temannya. Tapi ada satu mimpi Rara yang inginsekali ia wujudkan. Sebuah mimpi sederhana, untuk memiliki jendela. Ia ingin sekali bisa tetap melihat hujan, dan tak harus menyalakan lampu ketika siang meski pintunya ditutup. Namun Rara tak tahu, keinginan sederhananya diam-diam membuat pusing orang-orang terdekatnya hingga gadis kecil itu harus membayar mahal agar mimpinya terwujud. TENTANG PENULIS Siapa yang tidak mengenal penulis terkenal Asma Nadia, nama asli dari Asma Nadia ialah Asmarani Rosalba. Asma nadia berkarir sebagai penulis, lahir pada tanggal 26 maret taun 1972 di Jakarta. Belaiu mulai tertarik pada tulis menulis saat pertama kali menciptakan lagu di sekolah dasar. Sejak saat itu ia mulkai aktif menulis cerpen, puisi, dan berbagai resensi di dunia media sekolah. Asma Nadia bersekolah di SMA 1 Budi Utomo dan melanjutkan kuliah di Intitut Pertanian Bogor Fakultas Teknologi Pertanian. Saat sedang sibuk dengan kuliahnya, Asma Nadia sakit sehingga mengharuskan dirinya untuk beristirahat dan tidak bisa menamatkan kuliahnya. Karya-karya Asma Nadia -Buku - Assalamualaikum, Beijing! - Salon Kepribadian - Derai Sunyi, novel yang mendapat penghargaan Majelis Sastra Asia Tenggara Mastera - Preh A Waiting, naskah drama dua bahasa yang diterbitkan oleh Dewan Kesenian Jakarta - Cinta Tak Pernah Menari, kumpulan cerpen yang meraih Pena Award - Rembulan di Mata Ibu 2001, novel yang memenangkan penghargaan Adikarya IKAPI sebagai buku remaja terbaik nasional - Dialog Dua Layar, novel yang memenangkan penghargaan Adikarya IKAPI, 2002 -101 Dating Jo dan Kas, novel yang meraih penghargaan Adikarya IKAPI, 2005 - Jangan Jadi Muslimah Nyebelin!, nonfiksi, best seller. - Emak Ingin Naik Haji Cinta Hingga Tanah Suci yang diadaptasi menjadi film Emak Ingin Naik Haji dan sinetron Emak Ijah Pengen ke Mekah - Jilbab Traveler - Muhasabah Cinta Seorang Istri - Catatan Hati Bunda - Jendela Rara telah diadaptasi menjadi film yang berjudul Rumah Tanpa Jendela - Catatan Hati Seorang Istri, karya nonfiksi yang diadaptasi menjadi sinetron Catatan Hati Seorang Istri yang ditayangkan RCTI - Serial Aisyah Putri yang diadaptasi menjadi sinetron Aisyah Putri The Series Jilbab In Love - Aisyah Putri Operasi Milenia - Aisyah Putri Chat On-Line! - Aisyah Putri Mr. Penyair - Aisyah Putri Teror Jelangkung Keren - Aisyah Putri Hidayah Buat Sang Bodyguard - Aisyah Putri My Pinky Moments -Karya yang ditulis bersama penulis lain - The Jilbab Traveler - Jangan Bercerai Bunda - Catatan Hati Ibunda - La Tahzan for Hijabers - Ketika Penulis Jatuh Cinta - Kisah Kasih dari Negeri Pengantin - Jilbab Pertamaku - Miss Right Where R U? Suka Duka dan Tips Jadi Jomblo Beriman - Jatuh Bangun Cintaku - Gara-gara Jilbabku - Galz Please Don’t Cry - The Real Dezperate Housewives - Ketika Aa Menikah Lagi - Karenamu Aku Cemburu - Catatan Hati di Setiap Sujudku - Badman Bidin - S-uparman Pulang Kampung - Pu-ra-Pura Ninja - Cat-atan Hati di Setiap Sujudku - Mengejar-ngejar Mimpi - Dikejar-kejar Mimpi - Gara-gara Indonesia - Diary Doa Aisyah Putri Tentang ASMA NADIA Siapa yang tidak mengenal penulis terkenal Asma Nadia, nama asli dari Asma Nadia ialah Asmarani Rosalba. Asma nadia berkarir sebagai penulis, lahir pada tanggal 26 maret taun 1972 di Jakarta. Belaiu mulai tertarik pada tulis menulis saat pertama kali menciptakan lagu di sekolah dasar. Sejak saat itu ia mulkai aktif menulis cerpen, puisi, dan berbagai resensi di dunia media sekolah. Asma Nadia bersekolah di SMA 1 Budi Utomo dan melanjutkan kuliah di Intitut Pertanian Bogor Fakultas Teknologi Pertanian. Saat sedang sibuk dengan kuliahnya, Asma Nadia sakit sehingga mengharuskan dirinya untuk beristirahat dan tidak bisa menamatkan kuliahnya. Karya-karya Asma Nadia -Buku - Assalamualaikum, Beijing! - Salon Kepribadian - Derai Sunyi, novel yang mendapat penghargaan Majelis Sastra Asia Tenggara Mastera - Preh A Waiting, naskah drama dua bahasa yang diterbitkan oleh Dewan Kesenian Jakarta - Cinta Tak Pernah Menari, kumpulan cerpen yang meraih Pena Award - Rembulan di Mata Ibu 2001, novel yang memenangkan penghargaan Adikarya IKAPI sebagai buku remaja terbaik nasional - Dialog Dua Layar, novel yang memenangkan penghargaan Adikarya IKAPI, 2002 -101 Dating Jo dan Kas, novel yang meraih penghargaan Adikarya IKAPI, 2005 - Jangan Jadi Muslimah Nyebelin!, nonfiksi, best seller. - Emak Ingin Naik Haji Cinta Hingga Tanah Suci yang diadaptasi menjadi film Emak Ingin Naik Haji dan sinetron Emak Ijah Pengen ke Mekah - Jilbab Traveler - Muhasabah Cinta Seorang Istri - Catatan Hati Bunda - Jendela Rara telah diadaptasi menjadi film yang berjudul Rumah Tanpa Jendela - Catatan Hati Seorang Istri, karya nonfiksi yang diadaptasi menjadi sinetron Catatan Hati Seorang Istri yang ditayangkan RCTI - Serial Aisyah Putri yang diadaptasi menjadi sinetron Aisyah Putri The Series Jilbab In Love - Aisyah Putri Operasi Milenia - Aisyah Putri Chat On-Line! - Aisyah Putri Mr. Penyair - Aisyah Putri Teror Jelangkung Keren - Aisyah Putri Hidayah Buat Sang Bodyguard - Aisyah Putri My Pinky Moments -Karya yang ditulis bersama penulis lain - The Jilbab Traveler - Jangan Bercerai Bunda - Catatan Hati Ibunda - La Tahzan for Hijabers - Ketika Penulis Jatuh Cinta - Kisah Kasih dari Negeri Pengantin - Jilbab Pertamaku - Miss Right Where R U? Suka Duka dan Tips Jadi Jomblo Beriman - Jatuh Bangun Cintaku - Gara-gara Jilbabku - Galz Please Don’t Cry - The Real Dezperate Housewives - Ketika Aa Menikah Lagi - Karenamu Aku Cemburu - Catatan Hati di Setiap Sujudku - Badman Bidin - S-uparman Pulang Kampung - Pu-ra-Pura Ninja - Cat-atan Hati di Setiap Sujudku - Mengejar-ngejar Mimpi - Dikejar-kejar Mimpi - Gara-gara Indonesia - Diary Doa Aisyah Putri
Kisahtersebut terdapat dalam buku antologi cerpen berjudul "Cinta Laki-Laki Biasa" yang ditulis oleh Asma Nadia, dkk. Kisah atau cerpen yang akan saya ulas di sini berjudul "30 Menit Cerpen Rumah Tanpa Jendela. Mbok, rara's ailing grandmother and her father, raga, do not have enough money to buy the window. Dikembangkan dari cerpen jendela rara karya asma nadia. Resensi Cerpen Cinta Tak Pernah Menari Cerpenku from Sudut pandang aku pencerita menjelaskan peristiwa aneh yang dialaminya. Memiliki jendela untuk rumah tripleksnya, agar dari dalam rumah ia bisa menatap keindahan bulan dan senyuman matahari. 2 sinopsis rumah tanpa jendela. Buku Paket Sma Kelas Xi/2 Sinopsis Rumah Tanpa Februari 2020 1619 100 4 1 + Laporkan Emir Mahira, Dwi Tasya, Raffi Ahmad, Ingrid Lalu Diadaptasi Menjadi Film, Lalu Dibuatkan Novelnya. Buku Paket Sma Kelas Xi/2 2. Film tersebut diadaptasi dari cerpen “jendela rara” karya asma nadia. Rumah tanpa jendela, sebuah novel kehidupan yang sangat menampar. Sudut pandang aku pencerita menjelaskan peristiwa aneh yang dialaminya. 2 Sinopsis Rumah Tanpa Jendela. Rumah tanpa jendela ini sebelumnya merupakan cerita pendek yang berjudul “jendela rara” yang diterbitkan dalam buku emak ingin naik haji cinta hingga tanah suci yang juga ditulis asma nadia pada tahun 2009. Rara adalah gadis kecil berusia 8 tahun, rara sangat ingin punya jendela di rumahnya yang kecil berdinding tripleks bekas di sebuah perkampungan kumuh tempat para pemulung tinggal di menteng pulo, jakarta. Sayangnya, ia bersama orang tuanya hidup di perkampungan kumuh yang mana setiap rumahnya tidak memiliki jendela. 9 Februari 2020 1619 100 4 1 + Laporkan Konten. Novel rumah tanpa jendela karangan karangan asma nadia b. Kisah dalam film tersebut terinspirasi dari model biner dalam dongeng moral berjudul the prince and the pauper karya mark twain. The house without a window With Emir Mahira, Dwi Tasya, Raffi Ahmad, Ingrid Widjanarko. rating details 308 ratings 33 reviews. Memiliki jendela untuk rumah tripleksnya, agar dari dalam rumah ia bisa menatap keindahan bulan dan senyuman matahari. Rara adalah gadis kecil berusia 8 tahun, rara sangat ingin punya jendela di rumahnya yang kecil berdinding tripleks bekas di sebuah perkampungan kumuh tempat para pemulung tinggal di menteng pulo, jakarta. Cerpen, Lalu Diadaptasi Menjadi Film, Lalu Dibuatkan Novelnya. Mbok, rara's ailing grandmother and her father, raga, do not have enough money to buy the window. Film tersebut diadaptasi dari cerpen “jendela rara” karya asma nadia. Dikembangkan dari cerpen jendela rara karya asma nadia. ZPlwpp.
  • ace0vh9e6h.pages.dev/416
  • ace0vh9e6h.pages.dev/64
  • ace0vh9e6h.pages.dev/195
  • ace0vh9e6h.pages.dev/108
  • ace0vh9e6h.pages.dev/216
  • ace0vh9e6h.pages.dev/175
  • ace0vh9e6h.pages.dev/197
  • ace0vh9e6h.pages.dev/187
  • cerpen jendela rara karya asma nadia